Senin, 04 April 2011

Membawa Indonesia ke Kancah Dunia

ImageNamanya berkibar sebagai oralis terbaik ketika masih duduk sebagai mahasiswa jurusan hokum UI. Raihan peringkat ketiga di kompetisi tingkat internasional Philip C Jessup International Law Moot Court Competition tahun 2008 menjadi capaian yang berkesan bagi gadis bernama Rivana Mezaya ini.

Namanya berkibar sebagai oralis terbaik ketika masih sebagai mahasiswa jurusan hukum Universitas Indonesia. Raihan peringkat ketiga dalam Top 100 World's Best Speaker dalam Jessup International Law Moot Competition di Washington DC, Amerika Serikat, tahun 2008, menjadi capaian yang berkesan bagi gadis bernama Rivana Mezaya ini.

Kepada Edy NUANSA, Meza —demikian biasa dipanggil— mengatakan bahwa ini merupakan lomba pengadilan semu terbesar di dunia, di mana lebih dari 80 negara berpartisipasi. Peserta bertindak sebagai pengacara dari suatu negara yang sedang bersengketa di Mahkamah International (seperti Malaysia dan Indonesia di kasus Sipadan Ligitan). “Kami beradu argumentasi hukum sambil menjawab berbagai pertanyaan dari juri yang terdiri dari akademi, pengacara, hakim, dan praktisi hukum internasional dari berbagai Negara,” paparnya.Tidak itu saja prestasi yang diraih putri pertama pasangan Irvan Jusuf dan Chandra Nursida ini. Selama kuliah di Fakultas Hukum UI, dia sudah aktif mengikuti berbagai kegiatan yang menghasilkan beberapa penghargaan, misalnya Juara I International Maritime Law Arbitration Moot Competition di Melbourne, Australia. Kemudian memperoleh peringkat Best Speaker tingkat Nasional dalam Jessup International Law Moot Competition di Jakarta, Indonesia.
Lulusan Terbaik Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan 2005 ini juga meraih gelar sebagai Best Delegate dalam Konferensi Asian Law Student's Association di Bangkok, Thailand. Dan yang terakhir menjadi perwakilan Indonesia untuk 9th Hitachi Young Leaders' Initiative.

Atas prestasinya ini, dalam berbagai kesempatan Meza sering memotivasi para mahasiswa untuk tetap percaya diri membawa nama Indonesia di ajang kompetisi internasional. Karena ia pun yakin, orang Indonesia sebenarnya pintar-pintar dan tidak kalah dibanding negara lain.

“Sebenarnya kita tidak kalah, justru sebenarnya lebih pintar, buktinya kita bisa belajar banyak mata pelajaran dalam satu hari,” ujarnya optimistis.

Soal bicara cas cis cus dalam bahasa Inggris, sudah tidak diragukan lagi. Jebolan program AFS tahun 2003 ini pernah mengecap pendidikan di Amerika selama satu tahun. Atas pengalamannya itu, kini dia aktif sebagai sukarelawan di Yayasan Bina Antarbudaya, suatu yayasan yang bergerak di bidang intercultural understanding atau pengertian antar budaya. Yayasan ini merupakan partner program pertukaran pelajar yang terbesar di dunia, yakni AFS Intercultural Program.

“Saya dulu ketika SMA dikirim sebagai siswa AFS ke Amerika Serikat untuk hidup di dalam keluarga dan masyarakat selama 11 bulan dalam rangka menjembatani perbedaan dan menciptakan pengertian antar budaya, terutama sebagai individu dengan nilai-nilai Timur dan Islam, dengan individu-individu lainnya di sana yang barat dan non muslim,” katanya.

Pilihan masuk hukum sudah diminatinya saat studi di AS, karena ia melihat belum ada pengacara internasional asal Indonesia. Baginya, ketika belajar ilmu hukum dia menemukan betapa menariknya posisi hukum dalam interaksi masyarakat.

Hukum adalah sesuatu yang merancang, menjaga, dan memberi solusi bagi fenomena dalam masyarakat. Sesuatu yang selalu ada dalam hampir seluruh sendi kehidupan yang memiliki interaksi. Seperti dalam agama, hukum ditentukan untuk mengatur hubungan dengan Tuhan, dan juga sesama manusia. “Atas dasar ketertarikan ini, saya merasa memenuhi potensi saya untuk turut merancang, menjaga, dan memberi solusi bagi kejadian-kejadian dan kepentingan-kepentingan dalam masyarakat.”

Ketika ditanya soal falsafah hidup, gadis energik yang dulu pernah bercita-cita menjadi Ketua DPR dan Sekjen PBB ini menjawab, “Be the change you wish to see in the world (Gandhi). Selain itu, saya sangat percaya dan banyak bergantung pada kekuatan doa dan sholat hajat. Karena dengan Allah ada di pihak kita, kita pasti tertolong.” Setuju…! //*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar